A.
Hakikat Manusia
Pandangan tentang hakikat
manusia ada dua yaitu, pandangan filsafat dan pandangan ilmiah yang disebut
antropologi. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal-usul,
perkembangan, dan karakteristik manusia. Antropologi filsafat (filosofir)
adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia secara keseluruhan atau manusia
seutuhnya.
1. Pandangan
filsafat. Berkaitan dengan badan dan ruh. Menurut Mudyahardjo, bahwa manusia
seutuhnya sama maknanya dengan animal symbolicum
(kemampuan menggunakan simbol-simbol) memiliki karakteristik yaitu: animal ratioanale (untuk menyatakan
pikiran sebagai milik manusia yang unik), animal
sociale (untuk mengkomunikasikan pemikirannya), untuk menalar dan menyadari
sebagai pribadi yang mampu menalar, untuk mengkombinasikan unsur-unsur yang
menghasilkan suatu yang kreatif, dapat mengadakan perbedaan moral, dan dapat
menyadari dirinya sendiri sebagai pribadi.
2. Pandangan
ilmiah. Antropologi ilmiah sudah ada sejak dulu dengan adanya pendapat dari
Aristoteles, yang menyatakan manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikirannya.
Hakikat manusia
dapat dijelaskan sebagai:
1. Makhluk
ciptaan tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
2. Makhluk
ciptaan manusia yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
3. Makhluk
boikultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
4. Makhluk
ciptaan tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Dibanding
dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kesempurnaan terletak pada adab dan
kebudayaannya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal,
perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal manusia
mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya perasaan,
manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu
ada dua macam, yaitu perasaan inderawi (rangsangan jasmani melalui pancaindra,
tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang) dan perasaan rohani
(perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia).
B.
Kepribadian
Bangsa Timur
Banyak orang masih sering
mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Padahal
konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berekspansi
menjelajahi dunia menguasai wilayah Afrika, Asia, dan Oseania. Semua kebudayaan
di luar kebudayaan mereka di Eropa disebutnya kebudayaan timur, sebagai
lawannya kebudayaan mereka sendiri disebut kebudayaan barat.
Orang-orang yang sering
mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer biasanya
menyangka kebudayaan timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik,
pikiran preologis, keramahtamahan, dan gotong-royong. Sedangkan kebudayaan
barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna, dan
individualisme.
Berikut ini dipaparkan bagan
mengenai psiko-sosiagram manusia menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat.
![]() |
Bagan Psiko-sosiagram Manusia |
·
Nomor 7 dan 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Disebut daerah tak sadar kerena memang
sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh
manusia itu sendiri contohnya mimpi dari manusia itu sendiri. Disebut daerah
sub sadar karena sewaktu-waktu unsur-unsur yang sudah tertanam bisa meledak
keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari-hari, contohnya saat terjadi suatu
tragedi buruk yang pernah menimpa manusia itu sendiri yang sulit di lupakan
namun manusia itu sendiri ingin melupakan.
·
Nomor 5 disebut daerah kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran-pikiran dan
gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada orang
lain yang dapat mengetahuinya.
·
Nomor 4 disebut daerah kesadaran yang dinyatakan. Ini berarti manusia mengungkapkan kepada
orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan
sebagainya.
·
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Manusia memiliki seseorang atau sesuatu
yang dianggap bisa menjadi curahan hari dan tempat untuk meminta bantuan.
·
Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid
dan guru, pembeli dan pedagang.
·
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh. Yang berarti pikiran dan gagasan manusia
tentang berbagai macam hal. Disini manusia tersebut sudah mulai matang terhadap
apa saja yang akan dihadapinya.
·
Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar. Yang berarti tentang pendapat dan pikiran
seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi.
C.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata
sansakerta yang bersal dari kata “budhayah” yang berarti budi atau akal. Dalam
bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata “colere” yang berarti mengolah
tanah.
Soekmono (1955:9), kebudayaan
adalah segala ciptaan manusia yang sesungguhnya hanyalah hasil usahanya untuk
mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian alam, sesuai
dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Berdasarkan hal tersebut kebudayaan
menjadi dua segi yaitu : (1) segi material, seperti seluruh benda karya manusia
sebagai perwujudan dari pikirannya, hasilnya dapat diraba dan difoto, (2) segi
spiritual terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang disusun teratur
dan tidak dapat diraba maupun di foto, namun penjelmaannya dapat dipahami oleh
keagamaan, kesenian, dan kemasyarakatan.
Sutan Takdir Alisyahbana
mengatakan kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir, hal ini amat luas
apa yang disebut kebudayaan, sebab semua laku dan perbuatan tercakup di
dalamnya, dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, perasaan juga
maksud pikiran.
Koentjaraningrat (1974:11)
mengatakan kebudayaan antara lain berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia
yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya.
A.L Krober dan C.Kluckhon
menyatakan bahwa kebudayaan adalah menifestasi atau penjelmaan kerja jiwa
manusia dalam arti seluas-luasnya.
D.
Unsur Kebudayaan
Menurut Melville J. Herkovits,
hanya ada 4 unsur dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi,
keluarga dan kekuatan politik. Sementara menurut C. Kluckhohn didalam karyanya
berjudul Universal Categories of Culture, mengemukakan bahwa ada 7 unsur
kebudayaan universal yaitu:
1. Sistem
Religi (Sistem Kepercayaan)
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
3. Sistem
pengetahuan
4. Sistem
mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
5. Sistem
teknologi dan peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian
Cultural-Universal diatas,
dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil yang disebut dengan
kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural
activity). Dari cultural activity
dapat dibagi lagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil yang disebut
trait-complex. Dan yang terakhir, sebagai unsur kebudayaan terkecil yang
membentuk trait adalah items.
E.
Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat
(1974:15) bahwa wujud kebudayaan minimal ada tiga macam sebagai berikut :
1. Wujud
kebudayaan sebagai bentuk suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan yang bersifat abstrak tidak dapat diraba ataupun difoto.
Kebudayaan ini secara umum dapat disebut adat tata kelakuan, dan secara khusus
disebut adat, atau adat-istiadat dalam bentuk jamak.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat yang dapat disebut sistem sosial. Manifestasinya adalah aktivitas
manusia berinteraksi, berhubungan, bergaul, diantaranya pada setiap hari sesuai
dengan adat dan tata cara ataupun pola tertentu. Sehingga kehadirannya dapat
dirasakan, dilihat, difoto, diobservasi karena merupakan kegiatan yang bersifat
konkrit.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia yang sering disebut juga
kebudayaan fisik, karena merupakan totalitas dari hasil perbuatan fisik
manusia, berupa karya di masyarakat. Wujudnya dapat dilihat, difoto, di dokumentasi,
berupa benda-benda yang amat besar,
sedang, dan kecil.
F.
Orientasi Nilai
Budaya
Menurut C.Kluckhohn dalam
karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua
kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan
manusia, yaitu:
1. Hakikat hidup manusia (MH). Hakikat hidup
untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem: ada yang berusaha untuk
memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”.
2. Hakikat
karya manusia (MK). Ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup,
karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk
menambah karya lain.
3. Hakikat
waktu manusia (WM). Ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau,
ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4. Hakikat
alam manusia (MA). Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi
alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang
beranggapan manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah
kepada alam.
5. Hakikat
hubungan manusia (MN). Ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia,
baik secara horizontal maupun vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada pula
yang berpandangan individualistik ( menilai tinggi kekuatan sendiri).
Masalah
besar dalam hidup kita
|
Orientasi
Nilai Budaya
|
||
Hakikat hidup
(MH)
|
Hidup
itu buruk
|
Hidup
itu baik
|
Hidup itu
buruk, tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik
|
Hakikat karya
(MK)
|
Karya
itu untuk nafkah hidup
|
Karya
itu untuk kedudukan, kehormatan, dan sebagainya
|
Karya itu
untuk menambah karya
|
Persepsi manusia
tentang waktu (MW)
|
Orientasi
ke masa depan
|
Orientasi
ke masa lalu
|
Orientasi ke
masa depan
|
Pandangan
manusia terhadap alam (MA)
|
Manusia
tunduk kepada alam yang dahsyat
|
Manusia
berusaha menjaga keselarasan dengan alam
|
Manusia berhasrat
menguasai alam
|
Hakikat hubungan
antara manusia dengan sesamanya (MM)
|
Orientasi
horizontal, rasa ketergantungan pada sesamanya (berjiwa gotong royong)
|
Orientasi
vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh atasan dan berpangkat
|
Individualisme
menilai tinggi usaha kekuatan sendiri
|
G.
Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah
perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh warga
masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.
Terjadi gerak perubahan
kebudayaan disebabkan oleh beberapa hal:
1. Sebab-sebab
yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan
jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda
sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun
diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan
baru diantaranya:
1. Terbatasnya
masyarakat yang memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang
yang berasal dari luar masyarakat tersebut
2. Jika
pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranatan
yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambaran dan harus di sensor
dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku
3. Corak
struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru
4. Suatu
unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut
5. Apabila
unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan
H.
Kaitan Manusia
dengan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan
antara manusia dengan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan,
dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dengannya. Tampak keduanya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana
yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan
yang dibuatnya sendiri.
Dari sisi lain, hubungan antara
manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara
manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling
terkait satu sama lain. Proses dialektis tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Eksternalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi,
yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas objektif. Yaitu suatu kenyataan
yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3. Internalisasi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa
manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan
baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Referensi
Seri diktat kuliah MKDU Ilmu Budaya Dasar, Gunadarma
Suwarna. 2016. Khazanah
Budaya Nusantara. Yogyakarta : Histokultura
Komentar
Posting Komentar