A.
Penderitaan
1.
Pengertian Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita yang berasal dari bahasa sansekarta dhra yang artinya
menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun
peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan risiko hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan
penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk
tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda
sebelumnya yang dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar diri
manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya
penderitaan. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat
dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersikap pasrah akan
nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Dalam kepasrahannya demikianlah akan
diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan
berkurang penderitaannya, untuk akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan
tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
2.
Sebab-sebab timbulnya penderitaan
a.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk
manusia. Penderitaan ini dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib
buruk, nasib buruk dapat diperbaiki oleh manusia supaya menjadi baik. Dengan kata
lain manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan
takdir, sedangkan takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu
manusia penyebabnya. Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia
lain menjadi menderita.
b.
Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan
/ azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha
manusia untuk mengatasi penderitaan.
3.
Pengaruh penderitaan
1.
Akibat negatif
Sikap yang muncul dari pengaruh penderitaan dapat
berupa sikap yang berubah ke arah negatif, misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asam atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap
negatif dapat timbul sikap anti, misalnya anti menikah atau tidak mau menikah,
tidak punya gairah hidup
2.
Akibat positif
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dari penderitaan,
dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif
biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau
sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti
kekerasan.
4.
Contoh penderitaan
·
Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disiksa,
disekap oleh majikan, yang sudah pantas majikan itu diganjar dengan hukum penjara
pengadilan supaya perbuatan itu dapat diperbaiki dan sekaligus merasakan
penderitaan. Sedangkan pembantu yang telah menderita itu di pulihkan.
·
Perbuatan buruk orang tua Arie Hangara yang
menganiaya anak kandungnya sendiri sampai mengakibatkan kematian, sudah pantas
jika di jatuhkan hukuman oleh pengadilan.
·
Perbuatan buruk para pejabat pada zaman Orde
Lama dilukiskan oleh seniman Rendra dalam puisinya “Bersatulah Pelacur-Pelacur
Kota Jakarta”, perbuatan buruk yang merendahkan derajat kaum wanita. Yang menyababkan
banyak penderitaan bagi kaum wanita yang dilecehkannya.
·
Penderitaan yang timbul akibat musibah banjir
dan tanah longsor di Lampung Selatan.
·
Penderitaan yang timbul akibat kalalaian terhadap
tangki-tangki penyimpanan gas beracun dari perusahaan “Union Carbide” di India.
Gas beracun dari tangki penyimpanan bocor memenuhi daerah sekitarnya,
mengakibatkan ribuan penduduk penghuni daerah itu mati lemas, dan mengalami
cacat.
B.
Siksaan
Penderitaan
biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya. Siksaan atau
penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan
rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang
menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan
sengaja dilakukan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam,
hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda
atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat
digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan
kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Arti siksaan,
siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian,
ketakutan. Siksaan Yang Sifatnya Psikis :
1.
Kebimbangan. Memiliki arti tidak dapat menentukan
pilihan mana yang akan dipilih.
2.
Kesepian. Merupakan rasa sepi yang dia alami
pada dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
3.
Ketakutan. Adalah sebuah sesuatu yang tidak
dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa
takut itu dibesar–besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
penyebab
seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
1.
Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut
terhadap ruangan tertutup.
2.
Gamang adalah rasa takut akan tempat yang
tinggi.
3.
Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang
berada di tempat gelap.
4.
Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan
oleh rasa sakit yang akan dialami.
5.
Kegagalan ketakutan dari seseorang disebabkan
karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
Para
ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari
suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan
ditaklukkan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat
tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu
menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si
penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si
penderita sepuluh kali lebih parah.
C.
Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu
psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan
mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi
persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara
kurang wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang
yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. Nampak
pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada
lambung
2. Nampak
pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu,
mudah marah
3. Selalu
iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga
dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengerusakan atau melakukan detruksi
diri dan bunuh diri.
4. Komunikasi
sosial putus dan ada yang disorientasi sosial
5. Kepribadian
yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan
merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6. Terjadinya
konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya
dengan lingkungan masyarakat.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan
adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohani.
2. Usaha
mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan.
4. Krisis
ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5. Dipicu
oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam
proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah.
Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang
terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal
dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6. Faktor
sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa,
misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial
baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak
tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak
dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya.
Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan
mental :
1. Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2. Terjadinya
konflik sosial budaya.
3. Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap
kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang
dialami seseorang mendorongnya kearah
positif dan negatif.
1. Positif;
trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survei
dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang
positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
2. Negatif;
trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,
yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk frustrasi antara lain :
1. Agresi
berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara
fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat
membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi
adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau ke kanak-kanakan
3. Fiksasi;
adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan
membisu.
4. Proyeksi;
merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap
sendiri yang negatif kepada orang lain.
5. Identifikasi;
adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya
6. Narsisme;
adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya
lebih superior dari pada orang lain.
7. Autisme;
ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang
sinting.
Penderitaan kekalutan mental
banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. Kota
– kota besar
2. Anak-anak
muda usia
3. Wanita
4. Orang
yang tidak beragama
5. Orang
yang terlalu mengejar materi
Referensi
Seri Diktat Kuliah MKDU Ilmu
Budaya Dasar, Gunadarma
Komentar
Posting Komentar