A.
Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan
istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari
kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah
sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia masyarakat desa adalah masyarakat yg penduduknya mempunyai mata
pencaharian utama dl sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau
gabungan dr kesemuanya itu, dan yg sistem budaya dan sistem sosialnya mendukung
mata pencaharian itu.
Adapun ciri – ciri masyarakat pedesaan menurut Poplin
(1972):
1)
Perilaku
homogen
2)
Perilaku
yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3)
Perilaku
yang berorientasi pada tradisi dan status
4)
Isolasi
sosial, sehingga static
5)
Kesatuan
dan keutuhan kultural
6)
Banyak
ritual dan nilai-nilai sacral
7)
Kolektivisme
Masyarakat perkotaan sering
disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu; kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di
kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan
kepentingan paham politik, perbedaan agama dan sebagainya. Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa
interaksi–interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
daripada factor pribadi.
Ciri-ciri masyarakat kota (urban) antara lain :
1)
Kehidupan
keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan cenderung sekuler
2)
Sikap
mandiri yang kuat dan tidak terlalu
tergantung pada orang lain sehingg cenderung individualistis
3)
Pembagian
kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/ keahlian
4)
Hubungan
antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan
kepentingan.
5)
Sangat
menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.
6)
Masyarakat
cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu (slum)
7)
Tingkat
pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
8)
Kontrol
sosial antar warga relatif rendah
9)
Kehidupan
bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan
10) Mobilitas sosialnya sangat
tinggi karena penduduknya bersifat dinamis, memamanfaatkan waktu dan
kesempatan, kreatif, dan inovatif.
B.
Aspek Positif dan Negatif dari Masyarakat Pedesaan dan
Perkotaan
1.
Masyarakat
Pedesaan
Masyarakat
pedesaan biasanya mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam
ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994).
Selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak
dalam perilaku keseharian mereka. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan
pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan
setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang
merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun
ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap
waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan
sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati,
mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan
bersama di dalam masyarakat.
Aspek positif:
·
Masih
terjaga nya etika dan moral masyarakat warga.
·
Kehidupan
yang lebih damai karna kecilnya tindakan kerimnal mereka hidup dengan
sederhana.
·
Lebih
menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.
·
Menjaga
dan mempertahankan aspek budaya dalam sistem berkomunikasi.
Dampak negatif:
·
Cari
berfikir masih primitif karna mereka kurang nya wawasan ilmu, dan juga masih
percaya dengan hal-hal mistis.
·
Jauh
dari informasi kemajuan zaman, karna kurang nya sarana dan prasarana.
·
Konflik
( Pertengkaran) : Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah
masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan
sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak
ketegangan. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang
tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk
bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa
peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
·
Kontraversi
(pertentangan) yang disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan
(adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black
magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi
(pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
2.
Masyarakat
Perkotaan
Aspek Positif:
·
Perkotaan
dapat memberikan pekerjaan bagi tenaga kerja kasar dari desa yg bekerja di
proyek pembangunan gedung dikota.
·
Perkotaan
dapat memenuhi kebutuhan penduduk dengan fasilitas seperti wahana rekreasi,
mall, dan hiburan lainnya.
·
Tersedianya
pembangkit tenaga listrik buat penerangn dan kebutuhan lainya.
·
Fasilitas
pendidikan dan perguruan tinggi yang bagus-bagus dan sudah terakreditasi.
·
Tersedia
lapangan kerja.
·
Perkotaan
juga devisa buat negara.
Aspek negatif :
·
Terjadinya
transmigrasi besar-besaran oleh orang desa ke kota yg menyebabkan kepadatan
penduduk.
·
Sehingga
adanya pembangunan liar rumah-rumah dan pengangguran karena sedikitnya orang
desar yg diterima bekerja.
·
Tingkat
kriminalitas tinggi karena banyaknya pengangguran dan mereka terpaksa untuk
melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhan.
·
Pembangunan
dipedesaan menjadi terlambat karena orang-orang desa pada kekota untuk mencari
pekerjaan.
C.
Hubungan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan
perkotaan adalah dua komunitas yang saling membutuhkan. Di antara keduanya
terdapat hubungan yang erat dan bersifat ketergantungan karena keduanya saling
membutuhkan satu sama lain. Masyarakat kota bergantung pada masyarakat desa
dalam memenuhi kebutuhannya akan bahan - bahan pangan seperti beras, sayur-
mayur, daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga pekerja kasar bagi
jenis - jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan untuk bekerja di kota. Mereka
ini biasanya adalah pekerja - pekerja musiman. Pada saat musim tanam, mereka
sibuk bekerja di sawah dan selagi menunggu masa panen, mereka mencari pekerjaan
lain untuk mencari tambahan penghasilan.
Sebaliknya, masyarakat kota
menghasilkan barang-barang yang diperlukan juga oleh masyarakat yang berada di
desa seperti pakaian, alat elektronik, obat-obatan, dan lain sebagainya. Di
kota juga tersedia tenaga kerja yang siap melayani dalam bidang jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat desa, misalnya saja tenaga - tenaga di bidang medis
atau kesehatan, permesinan, elektronika dan alat transportasi. Serta tenaga
yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya
pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.
Terlepas dari apakah itu
masyarakat desa atau masyarakat kota, yang perlu diperhatikan adalah kehidupan
didalammya yang harus dijalankan dengan toleransi dan menghargai perbedaan satu
dengan yang lainnya. Dikarenakan adat, kebiasaan, pola interaksi dan tingkat
loyalitas antara masyarakat desa dan
masyarakat sangat berbeda. Dengan demikian, kita sebagai masyarakat kota
tidak boleh memandang rendah atau memandang sebelah mata masyarakat desa karena
jika tidak ada masyarakat desa kita tidak dapat memperoleh bahan - bahan yang
penting sebagai penunjang kelangsungan hidup kita.
D.
Perbedaan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat Pedesaan
|
Masyarakat
Perkotaan
|
Perilaku homogen
|
Perilaku heterogen
|
Perilaku yang
dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
|
Perilaku yang
dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
|
Perilaku yang
berorientasi pada tradisi dan status
|
Perilaku yang
berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
|
Isolasi social,
sehingga static
|
Mobilitas social,
sehingga dinamik
|
Kesatuan dan ke
utuhan kultural
|
Kebauran dan
diversifikasi kultural
|
Banyak ritual
dan nilai-niali sakral
|
Birokrasi fungsional
dan nilai-nilai secular
|
kolektivisme
|
individualisme
|
Komentar
Posting Komentar